-->

Leonarda Cianciulli, Gunakan Darah Korbannya untuk Membuat Kue Dan Sabun

Gambar Produk


"Her flesh was fat and white, when it had melted I added a bottle of cologne, and after a long time on the boil I was able to make some most acceptable creamy soap. " - Leonarda Cianculli


Seandainya hidup Leonarda Cianciulli tidak dikacaukan oleh kepercayaannya kepada takhayul, kutukan, dan peramal Romani, dia mungkin tidak akan pernah menjadi seorang pembunuh.


Dari penampilan luarnya,  sosok Leonarda Cianciulli adalah seorang wanita yang manis yang berteman dengan tetangganya dan membuat  kue untuk teman teh yang lezat, tetapi di balik topeng keramahannya itu ada jiwa seorang pembunuh yang percaya pada kekuatan magis untuk mencari korban manusia. Dan 2 dari 3 korban korban Cianciulli adalah tetangganya sendiri.


Siapakah Leonarda Cianciulli? 

Leonarda Cianciulli lahir di Montella, Avellino.  Ketika masih muda, dia mencoba bunuh diri dua kali.  Pada tahun 1917, Cianciulli menikah dengan seorang pegawai kantoran, Raffaele Pansardi.  Orang tuanya tidak menyetujui pernikahan itu, karena mereka telah berencana untuk menikahkan Leonarda dengan pria lain.  Leonarda meyakini bahwa pada saat itu ibunya telah mengutuk mereka.


Pada 1921, pasangan itu pindah ke kota asal Pansardi, Lauria, Potenza, di mana Leonarda dihukum dan dipenjara karena penipuan pada tahun 1927. Ketika dibebaskan, pasangan itu pindah ke Lacedonia, Avellino.  Setelah rumah mereka hancur dalam gempa bumi Irpinia tahun 1930, mereka pindah sekali lagi ke Correggio, Reggio Emilia, di mana Cianciulli membuka sebuah toko kecil.  Dia sangat terkenal dan dihormati di lingkungannya.


Cianciulli mengalami tujuh belas kehamilan selama pernikahannya, tetapi kehilangan tiga calon bayinya karena keguguran.  Sepuluh lagi meninggal disaat masih kecil.  Akibatnya, ia sangat melindungi emoat anaknya yang masih hidup dengan hati hati dan menyayangi mereka, setelah ia kehilangan 13 dari 17 anaknya.


Ketakutannya dimulai suatu ketika ia menerima sebuah peringatan dari seorang peramal sebelum ia menikahi suaminya saat ini.


Peramal tersebut mengatakan kalau kelak dirinya akan menikah dan memiliki anak, tetapi semua anaknya akan mati muda.


Saat ramalan itu diyakininya benar benar terjadi,  ia menemui seorang Romani yang bisa membaca garis tangan yang mengatakan kepadanya,


"In your right hand I see prison, in your left a criminal asylum."

"Di tangan kananmu, aku melihat penjara, di sebelah kirimu sebuah rumah sakit jiwa."


Leonarda terus meyakini jika hidupnya telah dikutuk oleh ibunya dan prediksi peramal Romani, akibatnya Leonarda Cianciulli menjadi sangat percaya takhayul.


Ketika putra kesayangannya, Giuseppe, memberitahunya pada akhir 1939, bahwa ia akan bergabung dengan Angkatan Darat Italia, ia berpikir, jika itu sama saja dengan 'menuju kematian'.


Cianciulli lantas berencana untuk melakukan suatu ritual yang ia yakini akan menjaga putranya agar tetap aman, yaitu tumbal manusia.


Faustina Setti

Faustina Setti

Leonarda memilih para 'kandidatnya' dengan baik. Korban pertamanya seorang wanita perawan tua tetangganya yang menurut Leonarda kemungkinan tidak ada yang mencarinya.


Wanita malang itu bernama Faustina Setti. Saat itu Setti, tengah mengunjungi rumah Leonarda untuk meminta bantuan mencari seorang calon suami. Leonarda kemudian memberitahunya tentang seorang pria yang mungkin cocok untuk Setti namun pria tersebut tinggal di kota Pola.  Leonarda meminta Setti untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang kabar itu.


Leonarda juga membujuk Setti untuk menulis surat dan kartu pos yang ditujukan kepada kerabat dan temannya yang rencananya surat itu nantinya akan dikirimkan ketika Setti tiba di kota Pola, tujuannya untuk memberi tahu keluarga dan temannya kalau ia tengah mengunjungi pria itu di Pola dan semuanya baik-baik saja.


Untuk mempersiapkan keberangkatannya, Setti datang untuk mengunjungi Leonarda untuk terakhir kalinya.  Ia kemudian menyuguhkan Setti segelas anggur, lalu membunuhnya dengan kapak lalu menyeret tubuhnya ke lemari.  Di sana dia memotongnya menjadi sembilan bagian dan mengumpulkan darahnya ke dalam baskom.  Cianciulli menggambarkan apa yang terjadi selanjutnya dalam pernyataan resminya:


"I threw the pieces into a pot, added seven kilos of caustic soda, which I had bought to make soap, and stirred the mixture until the pieces dissolved in a thick, dark mush that I poured into several buckets and emptied in a nearby septic tank. As for the blood in the basin, I waited until it had coagulated, dried it in the oven, ground it and mixed it with flour, sugar, chocolate, milk and eggs, as well as a bit of margarine, kneading all the ingredients together. I made lots of crunchy tea cakes and served them to the ladies who came to visit, though Giuseppe and I also ate them."

"Aku memasukkan potongan-potongan tubuh itu ke dalam panci, menambahkan tujuh kilo soda api, yang telah aku beli untuk membuat sabun, dan mengaduk campuran itu sampai potongannya larut menjadi bubur yang kental dan gelap, lalu aku tuangkan ke dalam beberapa ember dan kubuang ke dalam septic tank terdekat. Adapun darah yang ada di baskom, aku menunggunya sampai mengental, mengeringkannya di oven, ditumbuk dan dicampur dengan tepung, gula, coklat, susu dan telur, serta sedikit margarin, aduk semua bahan menjadi satu. Aku membuat banyak kue renyah dan menyajikannya kepada para wanita yang datang berkunjung. Giuseppe dan aku juga memakannya."


Semua "kue" tersebut,  ia bagikan dengan murah hati kepada tetangganya saat minum teh sore.


Menurut beberapa orang, Leonarda juga mengambil tabungan seumur hidup Setti, yang telah ia terima sebagai pembayaran untuk mengatur pertemuan Setti dengan pria itu sejumlah 30,000 Lira


Rupanya satu pembunuhan saja tidak cukup bagi Leonarda yang dipercaya untuk menjaga keselamatan putranya.


Segera setelah pembunuhan terhadap Setti, Leonarda menemukan korban lain, yang juga merupakan perempuan lokal setempat.


Francesca Soavi

Francesca Soavi

Seorang wanita tanpa keluarga bernama Francesca Soavi. Seperti yang dia lakukan terhadap Setti, Leonarda meyakinkan Soavi bahwa dia menawarkan lowongan pekerjaan untuk mengajar di luar negeri.


Leonarda pun menyuruh Soavi untuk membuat surat kepada teman-temannya yang merinci perjalanannya.  Dan, seperti yang dia lakukan terhadap Setti, ia memberinya minuman anggur yang telah dibius lalu membunuhnya dengan kapak, melakukan hal yang sama terhadap tubuh Soavi seperti yang ia lakukan kepada Setti dan mencuri tabungannya sebesar 3,000 Lira.


Virginia Cacioppo


Virginia Cacioppo

Korban ketiga dan terakhir Cianciulli adalah Virginia Cacioppo, seorang mantan penyanyi sopran yang pernah bernyanyi di La Scala.  Baginya, Cianciulli mengaku telah menemukan pekerjaan sebagai sekretaris untuk impresario misterius di Florence. Seperti dua wanita lainnya, dia diperintahkan untuk tidak memberi tahu satu orang pun ke mana dia akan pergi.  Cacioppo setuju, dan pada 30 September 1940, ia datang untuk kunjungan terakhir ke Cianciulli.  Pola pembunuhannya sama dengan dua yang pertama.  Namun, tidak seperti dua korban pertama, tubuh Cacioppo dilebur untuk dibuat sabun.


Menurut pernyataan Cianciulli:

"She ended up in the pot, like the other two...her flesh was fat and white, when it had melted I added a bottle of cologne, and after a long time on the boil I was able to make some most acceptable creamy soap . I gave bars to neighbours and acquaintances. The cakes, too, were better: that woman was really sweet."

"Dia berakhir di dalam panci, seperti dua lainnya ... dagingnya adalah lemak berwarna putih, ketika sudah lebur,  aku menambahkan sebotol cologne, dan cukup mendidih, aku baru bisa membuat sabun yang paling baik  .  Saya memberikan sabun sabun itu kepada tetangga dan kenalan.  Kuenya juga enak. wanita itu benar-benar manis."


Dari Cacioppo, Cianciulli dilaporkan mengambil 50.000 lira dan berbagai macam perhiasan. Namun, korban ketiganya lah yang telah mengakhiri kejahatannya.


Meskipun Laonarda berpikir kalau ia telah menutupi jejaknya, tapi ia telah melewatkan sesuatu.  Tidak seperti dua korban pertamanya yang memiliki sedikit atau tidak memiliki keluarga, Cacioppo memiliki saudara ipar perempuan - saudara ipar yang sangat cerdas.  Dia tidak percaya surat-surat Cacioppo merinci kepergiannya yang cepat, dan ia sempat melihat Cacioppo memasuki rumah Leonarda pada malam dia "pergi." Segera dia melaporkan hilangnya sang ipar ke polisi, yang dengan cepat menyelidiki Laonarda.


Awalnya, Leonarda Cianciulli membela diri, tidak pernah mengakui kesalahan apa pun.  Hanya ketika polisi mencurigai putranya, Giuseppe yang merupakan anak kesayangannya, Leonarda segera mengakui kejahatan yang telah ia sembunyikan dengan susah payah dari pihak berwenang. Ia pun mengatakan bahwa putranya tidak ada hubungannya dengan itu.


Persidangan Cianciulli hanya berlangsung beberapa hari. Dia dinyatakan bersalah atas kejahatannya.

Namun, mungkin yang paling membuatnya 'menakutkan' adalah: bahwa hukumannya tiga puluh tahun di penjara dan tiga tahun di rumah sakit jiwa. Ya,  di rumah sakit jiwa,  tepat seperti yang dikatakan peramal itu.


Leonarda meninggal dunia pada 15 October 1970 karena cerebral apoplexy (sejenis stroke). Jenazahnya dikembalikan ke keluarganya untuk dimakamkan, tetapi senjata pembunuhannya, termasuk pot tempat korbannya direbus, disumbangkan ke Museum Kriminologi di Roma, Italia.


Hari ini, pengunjung dapat melihat koleksi kapaknya, dan mengintip ke dalam tong yang ia gunakan untuk merebus manusia.

Si Gabut
Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya.
Oke, Gak jelas