-->

Ahmad Suradji- Membantai Puluhan Wanita Demi Kesaktian Ilmu Hitam

gambar 1 gambar 2 gambar 3


"Sihir hitam datang dari Tuhan. Aku tidak memilikinya lagi, aku telah bertobat. Kuharap aku punya kesempatan untuk hidup."
-Ahmad Suradji alias Dukun AS


Pembunuh berantai bukan hanya terjadi di Amerika. Tapi juga banyak terjadi di negara negara lain, termasuk negeri kita sendiri, Indonesia. Salah satunya adalah Ahmad Suradji, seorang pembunuh berantai yang sempat menghebohkan Indonesia. Ahmad  Suradji atau AS, juga dikenal sebagai Black Magic Killer,  karena modus operandi yang aneh dan gila.  Dia membunuh  dan meminum air liur korbannya untuk mendapatkan kekuatan spiritual yang menurutnya sangat besar, karena dia meyakini jika dirinya adalah seorang dukun.
AS percaya jika ritual pembunuhannya ini akan meningkatkan kekuatan supranaturalnya.

Ahmad Suradji adalah seorang dukun berusia 48 tahun yang cukup dihormati di daerah asalnya, Medan. Selain menjadi 'orang pintar',  ia juga memelihara ternak. Banyak yang memercayai kemampuan paranormal AS, ia kerap dimintai nasihat spiritual tentang segala hal seperti cinta, uang, dan kesehatan. Namun suatu hari, dukun itu ditangkap oleh pihak kepolisian atas pembunuhan 42 wanita yang ia lakukan sejak tahun 1986 hingga 1997. Para korbannya berusia antara 11 hingga 30 tahun. Mereka  dicekik sampai mati setelah dikubur setengah badan di dalam tanah yang diakuinya sebagai bagian dari ritual. AS menguburkan para korbannya di kebun tebu di dekat  rumahnya, dengan kepala mereka menghadap ke arah rumahnya, yang dia yakini akan memberinya kekuatan luar biasa.

Siapakah Ahmad Suradji?

AS cuma pria biasa, ia hanya lulusan SD. Penampilannya juga biasa saja dengan postur tubuhnya yang kurus dan tinggi.
Terlahir pada 10 Jan 1949, Ahmad Suradji merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Jogan dan Sartik. Nama lahirnya, Sagimin. Ayahnya meninggal saat dia baru berumur 7 bulan.

Di lingkungannya, AS lebih lebih dikenal dengan nama Nasib Kelewang. Karena, saat kecil AS pernah tercebur sumur. “Sejak itu dia saya panggil Nasib karena berhasil selamat,” kata ibunya, Sartik kepada Tabloid Nova di tahun 1998.
Sedangkan nama 'Kelewang', karena dia sering mencuri lembu dan ke mana-mana membawa kelewang.
Menurut ibunya, sejak usia 12 tahun, AS sudah menggilai dunia klenik. Dia banyak mempelajari buku-buku lama almarhum ayahnya yang juga seorang dukun.

Saat berumur 27 tahun, AS menikah dengan seorang wanita bernama Tumini, asal Pekanbaru. Setelah pernikahan itu, AS mengubah namanya bekennya dari 'Nasib'  menjadi Ahmad Suradji. Dengan harapan kalau nama barunya bisa membawa kearah yang lebih baik.

Suatu hari AS mengungkapkan keinginannya untuk menikah lagi, yang tentu saja membuat ibunya terkejut. Alasannya, karena AS ingin sekali memiliiki anak perempuan, sementara dari pernikahannya dengan Tumini, ia dikaruniai empat anak laki-laki.

Sebenarnya alasan pernikahan kedua AS masih bisa dipahami oleh sang ibu, tapi hal yang membuat Sartik lebih kaget lagi adalah, wanita pilihan AS untuk menjadi istri keduanya adalah adik kandung Tumini, istrinya sendiri.
Dan yang semakin bikin heboh saat itu adalah, AS tidak hanya menikahi 1 wanita, tapi 2 orang wanita, dan keduanya adalah adik Tumini. Dan tentu saja sang ibu menyadari kalau hal tersebut tidaklah dibenarkan.

Tapi AS tidak peduli bahkan mereka tinggal dalam satu rumah. Dan yang lebih tragis, AS mengusir ibunya dari rumah, karena terus menerus menentang AS.

Kelakuan 'aneh'nya inilah yang membuat AS dimata masyarakat terlihat seperti bukan “pria biasa” meskipun secara dari penampilannya pastinya biasa-biasa saja.
AS pun mengaku kalau ia sering didatangi almarhum ayahnya lewat mimpi. Menurutnya, di dalam mimpi itu, sang ayah mengajarinya berbagai ilmu kesaktian.

Tapi diluar benar atau tidaknya kesaktian AS,  masyarakat menganggapnya sebagai orang pintar atau dukun.

AS pun kemudian dipanggil dengan sebutan 'Datuk' oleh lingkungannya. AS mulai didatangi masyarakat yang meminta pertolongan kepadanya,  baik itu berobat karena sakit, pasang susuk, ataupun hal hal lainnya.

Karena faktor lingkungan yang masih percaya pada tahayul dan hal hal klenik seperti ini dan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat yang rendah, membuat AS banyak di datangi kaum wanita dengan segala problematika hidup mereka.
Mungkin karena sangat terpencilnya desa ini membuat ritual apapun yang dilakukan AS membuat tetangga tidak merasa khawatir. AS juga menunjukkan semacam kepercayaan yang membuat para wanita wanita datang kepadanya sendirian tanpa teman atau kerabat.


Pembunuhan
Awalnya kisah AS dimulai ketika suatu malam ia didatangi sang ayah lewat mimpinya. AS mengaku jika dalam mimpinya itu, 'sang ayah' meminta AS untuk membunuh 72 wanita untuk mendapatkan kekuatan gaib.

AS pastinya sangat terobsesi untuk segera mendapatkan kekuatan itu karena menurutnya, ilmu yang kelak didapatnya tidak akan terkalahkan. Sebuah kesaktian yang bisa digunakan untuk mengalahkan lawan sekaligus menolong dan mengobati orang. Hanya, syaratnya yang berat.

Supaya bisa menguasai ilmu kesaktian secara sempurna, Suradji harus menumbalkan 72 nyawa wanita. Dan salah satu prosedur wajibnya adalah dengan menghisap air liur mereka. AS pun bimbang.

Namun hasrat memiliki 'ilmu' yang mandraguna begitu menggelora apalagi ilmu ini dianggapnya mampu menolong orang. Dalam batinnya, akhirnya muncul kesimpulan, tak ada salahnya mengorbankan sejumlah nyawa untuk kebaikan yang lebih besar.

Disitulah AS memulai rencananya untuk 'memburu'  72 wanita. Selama 11 tahun aksinya tidak tercium oleh pihak kepolisian.

Sepertinya AS tidak terlalu mendapat kesulitan dalam 'berburu' korbannya. Karena ia adalah seorang dukun yang cukup terkenal di daerahnya.
Seperti yang pernah diakuinya, jika ia tidak 'mencari' korban, tapi korban lah yang mendatangi dirinya.

Dukun AS juga mematok biaya sesuai dengan besarnya permasalahan korbannya. Kemudian AS akan membawa korbannya ke perkebunan tebu di dekat rumahnya dan mengubur mereka di dalam tanah sampai pinggang mereka, AS akan mengatakan kepada korbannya jika  mengubur mereka sampai pinggang adalah bagian dari ritual. Begitu tubuh korban tertutup tanah, ia mencekik para wanita yang ketakutan itu dengan kabel listrik. Kemudian AS meminum air liur mereka.

Ritual itu konon meningkatkan kekuatan AS sehingga ia bisa membantu "kliennya" menyembuhkan segala macam masalah, dari kemiskinan, penyakit hingga cinta. Setelah upacara pengorbanan selesai, AS menggali mayat itu kembali dari tempat ritual, memindahkan dan mengubur mereka lebih dekat ke rumahnya. Semua korban dimakamkan dalam pola tertentu yaitu dengan kepala korban menghadap rumahnya, lagi-lagi pola pikir ritualistik yang AS percaya akan meningkatkan kekuatan ghaibnya.

Akhir petualangan Ahmad Suradji
Akhirnya waktupun berlalu. Pada tahun 1997 masyarakat Indonesia dibuat geger. Di sebuah ladang tebu di Dusun Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, polisi menemukan 42 jasad yang sebagian besar sudah menjadi tengkorak. Semuanya wanita telanjang. Berumur 13 sampai 27 tahun.


Tahun 1997, AS mungkin akan lolos dari aksi pembunuhan yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun jika seandainya tidak ada laporan dari salah satu ayah korban. Setelah ayah dari salah satu korban melaporkan kalau putrinya menghilang setelah ia  pergi untuk menemui AS. Korban terakhirnya, Kemala Devi, 21 tahun, mengunjungi rumah dukun AS dengan becak. Polisi segera mengawasi AS.

Tiga hari kemudian tubuh Kemala yang tanpa busana ditemukan oleh seorang penduduk di perkebunan tebu. Pemilik becak Andreas mengatakan kepada polisi bahwa dia menurunkan wanita itu ke rumah AS. Polisi kemudian melakukan pencarian menyeluruh di perkebunan dan menemukan 41 mayat tambahan dan menggeledah rumah AS dan polisi menemukan tas tangan dan gelang milik korban, AS pun ditangkap.


Awalnya AS mengaku hanya melakukan pembunuhan terhadap 16 wanita selama periode lima tahun, namun dari bukti yang ditemukan setidaknya ada 25 wanita, termasuk pakaian, perhiasan dan jam tangan . Dengan semakin banyaknya bukti, AS mengubah ceritanya. Dia mengatakan kepada polisi bahwa lebih dari sebelas tahun, ia telah membunuh 42 wanita, mulai dari usia 11 tahun hingga 30 tahun.

Banyak dari para korban berprofesi sebagai pekerja seks sehingga korban yang kemudian menghilang tidak segera diketahui. Namun sejak 42 mayat yang telah ditemukan, setidaknya ada 80 keluarga lainnya datang dengan laporan kehilangan, sehingga menimbulkan ketakutan bahwa mungkin ada lebih banyak korban yang belum ditemukan.

Kejahatan AS tidak termotivasi secara seksual tetapi dipengaruhi oleh ilmu spiritual yang menyesatkan. Para korban AS adalah wanita yang putus asa yang datang kepada AS untuk mencari penyelesaian masalahnya namun akhirnya menemui ajal mereka.

AS ditangkap pada 2 Mei 1997, setelah mayat-mayat ditemukan di dekat rumahnya di pinggiran kota Medan. Salah satu istrinya, Tumini, diadili sebagai kaki tangan AS. Persidangan dimulai pada 11 Desember 1997, ia dinyatakan bersalah pada 27 April 1998 oleh panel tiga hakim di Lubuk Pakam. AS dijatuh  hukuman mati.
Sementara Tumini di vonis penjara seumur hidup. Sementara dua istrinya yang lain tidak bersalah karena terbukti jika mereka tidak mengetahui aksi kejam suaminya selama bertahun tahun.


Sebelum dieksekusi oleh regu tembak AS menyampaikan keinginan terakhirnya. AS ingin menemui istri pertamanya dan permintaan ini dikabulkan di penjara. Ia pun diijinkan untuk berbicara dengan istrinya untuk terakhir kalinya.

Tidak seperti pembunuh berantai terkenal lainnya, Dukun AS tidak mengalami pelecehan seksual atau trauma emosional saat anak-anak; sepertinya AS menjalani kehidupan normal saat masa kanak-kanak.

Dalam kasus lain, pembunuh berantai akan membuang korban mereka di berbagai tempat, menyesatkan polisi dan menciptakan perburuan besar. Ketika membandingkan taktik 'berburu' dengan pembunuh berantai lainnya, metode AS tergolong sederhana, korban tidak disiksa atau diperkosa. AS tidak menggunakan senjata - hanya menggunakan tangan saja dan kabel listrik.

Metode ritual AS juga benar-benar aneh.  Dia percaya bahwa air liur korbannya meningkatkan kekuatan supranaturalnya, jadi dia meminumnya setelah mencekik mereka sampai mati.

AS tidak mengisahkan terlalu spesifik tentang bagaimana dia meminum air liur itu.  Apakah ia menampungnya ke dalam cangkir terus meminumnya?  Atau dia meminumnya langsung dari mulut mereka?

Selama masa penahanannya, pesona AS sebagai seorang dukun tetap terpancar meski ia telah membunuh 42 wanita. Di dalam penjara ia masih sering dimintai 'pertolongan'  oleh staf lapas maupun sesama napi. Ia bahkan memberikan mini compo kepada keluarganya yang datang menjenguk, dan AS mengatakan jika mini compo itu pemberian dari orang yang datang berobat kepadanya, tapi di dalam lapas ia sudah memiliki mini compo sendiri.

Menjelang eksekusinya, AS lebih tenang dan banyak beribadah. Para ulama yang mendampingi AS memintanya untuk melepas semua 'ilmu hitam'nya.

Dan kisah kesaktian Dukun AS pun berakhir pada 10 Juli 2008. Sekitar pukul 22.00 WIB, dia mengembuskan nafas terakhir di hadapan regu tembak Brimob Polda Sumut.

Si Gabut
Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya.
Oke, Gak jelas